(Budi Hartanto – Iklan 06)
“Ah, gue sih klo nyari kompetensi jangan ngandelin nih kampus, makanya gue aktif di mana-mana sekalian cari koneksi”
Menurut saya pernyataan teman saya tadi sebuah pernyataan cerdas sekaligus egois dan bunuh diri. Mengapa cerdas? Karena dia berhasil mengidentifikasi problem yang ada pada jurusan ini dan berhasil menemukan solusi yang terbaik bagi dirinya. Mengapa egois? Yah egois karena solusi tersebut hanya berlaku bagi dirinya sendiri, memang hidup dalam dunia akademik kuliah diwajibkan menjadi egois karena pada dasarnya dalam kehidupan kampus diperlukan kemandirian akademis tidak lagi terlalu ‘tergantung’ oleh teman, berbeda ketika masih di bangku sekolah, istilahnya masuk sekolah bareng, keluar dan lulus juga bersamaan, tetapi di dalam kuliah, bisa saja masuk kampus bersamaan tapi ketika lulus berbeda-beda. Namun keegoisan ini bisa berdampak bunuh diri seperti yang saya sebutkan di atas tadi. Mengapa bunuh diri? mari kita coba analisa sedikit. Memang dengan kompetensi pribadi yang bagus mungkin nantinya kita akan bisa mudah terjun ke dunia industri (istilah umumnya : gampang cari kerja) namun jikalau kita membiarkan fenomena ‘sakit’ di jurusan kampus kita sendiri dan mencoba berpaling melangkah sendirian tanpa sadar kita telah membunuh diri kita sendiri. Apabila fenomena ‘sakit’ tersebut tercium oleh dunia industri melalui teman-teman kita yang gagal (yang tidak memiliki kompentensi sebagus kita) maka tidak tertutup kemungkinan kita juga akan dicap sama oleh industri sama dengan teman-teman kita tadi. Bukankah sudah banyak jurusan-jurusan di kampus lain yang telah di-blacklist di industri, seperti yang paling sering kita lihat di iklan lowongan pekerjaan di surat kabar atau media lainya terdapat tulisan “Tidak menerima lulusan dari universitas xxx” misalnya. Jika itu terjadi pada jurusan kita mengerikan bukan? Maka masih mau kita berlaku egois?
Melalui tulisan ini saya ingin mengajak teman-teman komunikasi untuk mau peduli pada jurusan ini dengan cara masing-masing yang teman-teman kuasai. Misalkan yang berada di Himakom berjuang memajukan jurusan melalui jalur birokrasi formal dan menyelenggarakan segala kegiatan-kegiatan yang menunjang akademik tanpa harus terjebak pada politik yang hanya melelahkan energi dan tidak berdampak apa-apa bagi seluruh mahasiswa. Bagi mahasiswa yang D3 (dekat dengan dosen :-p) bisa memberikan ide-ide kepada dosen dan menembus birokrasi untuk menambah kompetensi seluruh mahasiswa baik itu dengan melobi agar fasilitas dilengkapi atau melahirkan suatu terobosan kreatif dalam proses belajar mengajar, bukan semata memikirkan dan mengejar nilai pribadi. Bagi mahasiswa yang kritis dan dekat dengan aktualitas teknologi mau berbagi baik itu melalui forum formal misalkan mengangkatnya pada tugas atau pada diskusi kelas.
Akhirnya saya berharap seluruh elemen mau bergerak bersama di atas satu rasa yang sama yakni rasa memiliki jurusan ini bukan berjalan masing-masing tanpa arah yang jelas dan hadir di kampus sebatas setor muka baik itu dosen maupun mahasiswa. Tolak ukur yang paling mudah adalah dengan bertambahnya kualitas kompetensi mahasiswanya sehingga siap untuk benar-benar terjun ke industri. Jika kualitas tersebut terlihat di industri maka secara tidak langsung jurusan ini pula yang menjadi harum. Wallahualam bisahawab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar