Selasa, 07 April 2009

REFERENSI KOMUNIKASI

Globalisasi Budaya
(Budi Hartanto -Iklan 06)

Pendahuluan
Budaya sebagai salah satu instrumen manusia beradaptasi dengan lingkungannya tanpa disadari akan selalu berkembang berbanding lurus dengan perkembangan lingkungannya tersebut. Nilai-nilai yang ada pun banyak yang mengalami pergeseran hingga akhirnya menjadi sesuatu yang dimaklumi dan diterima oleh masyarakat luas sebagai bentuk perubahan zaman.
Sebagai contoh paling sederhana dengan kehidupan kita sehari-hari, misalkan celana jeans yang kita pakai saat ini. Awalnya jeans diciptakan bagi para penambang emas di Amerika Serikat pada abad 18-an oleh Levi Strauss, karena sifat bahannya yang diyakini kuat dan tangguh namun tetap nyaman bagi ergonomis gerak manusia, tidak harus selalu dicuci, dan segala macam kelebihannya yang membuat hidup dianggap bisa menjadi lebih praktis dan efisien. Selanjutnya jeans mulai dipakai oleh para koboi dalam menunggang kuda hingga perkembangannya pada saat ini jeans mendunia baik secara fungsional maupun sebagai tren. Bahkan di beberapa tempat, nilai kesan ketidakformalan yang terkandung pada jeans seolah dapat diterima.
Seperti yang pernah dibahas sebelumnya dalam mata kuliah Komunikasi Antar Budaya, salah satu yang mempengaruhi pergeseran nilai-nilai budaya adalah penetrasi budaya baru terhadap budaya lama sebagai salah satu akibat semakin luasnya mobilisasi interaksi manusia satu terhadap manusia lainnya. Luasnya mobilisasi interaksi yang kian meluas inilah yang kerap disebut sebagai fenomena globalisasi. Mengapa budaya memakai jeans yang semula hanya dipakai oleh para budak pertambangan, koboi di Amerika Serikat bisa akhirnya mendunia? Inilah yang akan coba dibahas dan fokus pada :
1) Apa itu Budaya?
2) Apa itu Globalisasi?
3) Apa itu proses Globalisasi Budaya?
4) Faktor-faktor apa saja yang mendorong proses Globalisasi Budaya?


Budaya dan Analisa Proses Budaya
Mencoba mereview kembali kepada bahasan di awal perkuliahan tentang definisi budaya beserta lingkupnya yang telah dipelajari, budaya menurut wikipedia kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata Culture juga kadang diterjemahkan sebagai “kultur” dalam bahasa Indonesia. Secara garis besar budaya dikenal sebagai segala bentuk persepsi pengetahuan manusia yang diterima secara luas. Sedangkan menurut Sedangkan para ahli, mengemukakan pendapatnya masing-masing mengenai budaya. Menurut Edward B. Taylor kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang didalamnya mengandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat-istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat. Sementara itu Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, menurut mereka kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
Analisa proses berpikir menjadi sebuah budaya dijelaskan oleh Van Peursen sebagai berikut :

  1. Tahap Mitis
    Pada tahap ini manusia merasa terkepung oleh kekuatan-kekutan gaib, kekuasaan dewa-dewa dan alam raya. Hal tersebut akhirnya melahirkan mitos dan legenda sebagai bentuk kekaguman manusia terhadpa lingkungannya. Dalam kehidupan moderen pun hal-hal tersebut masih mewarnai kehdiupan manusia. Van Peursen mengatakan ciri yang paling membedakan tahap ini daripada tahap-tahap selanjutnya adalah pada tahap mitis ini proses berpikir manusia sangat dipengaruhi oleh hal-hal yang sifatnya irasional dalam memahami lingkungannya.
  2. Tahap Ontologis
    Pada tahap ini manusia mulai berpikir untuk meneliti segala sesuatunya secara rasional dan ‘ingin lepas’ dari kepungan kekuasaan mitis tersebut. Manusia mulai mengambil jarak terhadap segala sesuatu yang dulu dianggap sebagai kepungan. Manusia mulai menyusun teori mengenai dasar dan hakekat dari segala sesuatu. Hasil dari berpikir tahap ini adalah sekarang yang kita kenal sebagai ilmu pengetahuan
  3. Tahap Fungsional
    Pada tahap ini manusia berpikir dalam lingkup kontemporer artinya berlaku sifat kekinian dan condong pada nilai guna (uses value). Manusia tidak lagi terpesona pada lingkungannya melainkan lebih kepada sikap perilaku memanfaatkan lingkungannya tersebut untuk kelangsungan hidupnya. Pada tahap inilah yang sangat berpengaruh pada era globalisasi (akan dibahas nanti), yakni ketika manusia berusaha mengambil nilai guna dari lingkungannya dengan interaksi yang semakin luas dan mendunia.
    Van Peursen tidak mengemukakan tahapan ini secara kronolgis, berarti suatu tahap bukan berarti lebih tinggi dari tahap yang lainnya, melainkan ketiga tahap itu saling melengkapi dan saling mendominasi satu sama lain.

Globalisasi
Globalisasi merupakan suatu keniscayaan ketika interaksi antar manusia semakin luas. Dalam memenuhi kebutuhan interaksinya yang ingin semakin meluas tersebut maka manusia melalui tahapan fungsional berusaha mengatasi keterbatasan-keterbatasan yang ada pada dirinya. Globalisasi adalah salah satu akibat dari usaha manusia dalam mengatasi jarak fisik melalui teknologi. Menurut definisi globalisasi Jan Aart Scholte mengatakan globalisasi adalah, serangkaian proses dimana relasi sosial menjadi relatif terlepas dari wilayah geografis . Istilah distance is dead, atau jarak sudah mati kini rasanya telah menjadi kenyataan. Globalisasi memiliki ciri-ciri ‘terhapusnya’ batas-batas geografis, individu semakin terhubung dan akhirnya identitas pun tidak dapat berdiri dengan ajeg.
Menurut Mc Luhan globalisasi sebagai bentuk moderenisasi yang ditandai dengan kemenangan rasio manusia dalam mengatasi problem keterbatasan jarak fisik manusia. Saat Mc Luhan mengemukakan ide tersebut, saat itu masih belum terbayang arus informasi akan menjadi seperti ini. Ternyata usaha manusia dalam mengatasi keterbatasan jarak fisik tersebut telah diwujudkan dengan pesatnya teknologi khususnya teknologi komunikasi. Evolusi bentuk media komunikasi ternyata berhasil memghubungan manusia satu dengan manusia lainnya sebagai usaha memperluas interaksi. Diawali dari penemuan sederhana kawat telegraph oleh Thomas Alfa Edison, telepon oleh Alexander Graham Bell, pesawat radio oleh Marconi hingga menjelang tahun 1995 tanpa terasa sudah 30 juta orang yang berasal lebih dari seratus negara telah terkoneksi dengan internet . Kemajuan teknologi ini yang mengamini istilah distance is dead tadi. Maka tidak heran ketika konsep utopis Mc Luhan tentang global village pada tahun 1960an kini seolah terwujud dan menyebabkan konsep tersebut kini mulai digali lagi khususnya berkenaan dengan pendekatan media. Namun dalam bahasan pendekatan budaya konsep Mc Luhan ini juga bisa menjadi acuan. Globalisasi dalam konsep Mc Luhan dikatakan juga adalah semakin semunya heterogenitas dan pola perubahan yang terjadi menuju homogenitas budaya.

Globalisasi Budaya
Globalisasi budaya jika merujuk definisi budaya adalah serangkaian proses dimana relasi akal dan budi manusia relatif terlepas dari wilayah geografis. Hal ini memunculkan jalinan situasi yang integratif antara akal dan budi manusia di suatu belahan bumi yang lain dengan yang lain. Sedangkan jika mengacu pada konsep Mc Luhan tentang global village, adalah sebuah proses homogenitas nilai-nilai baik secara sadar maupun tidak sadar terhadap kemajemukan (keheterogenitas) nilai-nilai yang ada di dunia akibat cairnya batas-batas geografis. Homogenitas seperti apa yang terjadi pada budaya di dunia ini? Para ahli-ahli dari kaum hiperglobalis mereka berpendapat tentang definisi globalisasi budaya adalah, …homogenization of the world under the auspices of American popular culture or Western consumerism in general . Ini berarti bahwa globalisasi budaya adalah proses homogenisasi dunia di bawah bantuan budaya popular Amerika atau paham konsumsi budaya barat pada umumnya.
Definisi hiperglobalis tersebut, jika bisa disamakan dengan keanekaragaman istilah globalisasi pada umumnya, yang salah satunya adalah Westernisasi. Dimana ada penyebaran kebudayaan Barat terutama kebudayaan Amerika. Namun, jika dilihat lebih lanjut, definisi dari paham hiperglobalis tidak bisa lepas daripada sifat-sifat yang cenderung mengandung pikiran ekonomi, atau berorientasi ekonomi.
Merunut dari orientasi ekonomi maka secara sederhana proses globalisasi budaya dapat dibuat skema sebagai berikut :


Fenomena homogenitas budaya tanpa disadari sudah mulai terasa pada masyarakat dalam berbagai bidang. Sehingga tidak tertutup kemungkinan bahwa nilai-nilai budaya yang sekarang kita terapkan akan berlaku universal dimana pun kita berada. Pada tahap ini budaya akhirnya bersifat fungsional, yakni ketika nilai-nilai yang diterapkan oleh manusia semata sebagai bentuk pemanfaatan nilai guna tanpa memikirkan lagi asal,usul budaya tersebut.
Globalisasi budaya juga memiliki dampak negatif, sesuai dengan konsep Mc Luhan yakni dengan munculnya homogenitas maka secara tidak langsung memicu hilangnya identitas salah satu budaya yang terdominasi budaya lain.

Faktor-faktor Penyebab Globalisasi Budaya
Sebenarnya secara tersirat faktor-faktor penyebab globalisasi budaya telah disebutkan di atas yakni perkembangan teknologi. Dalam sebuah situs , dikatakan sebagai faktor utama penyebab globalisasi budaya adalah pesatnya perkembangan teknologi informasi, khususnya pada awal abad ke-20. Sementara itu, situs lainnya yang membahas tentang global pop culture menyatakan sejumlah faktor penyebab terjadinya globalisasi budaya adalah sebagai berikut: causes included the development of new technologies and the economic globalization of capital, labor, natural resources, production, and consumption. Political factors also played a role, from imperialism and nationalism to totalitarian states and the Cold War; so to did social struggles over the construction of race, class, ethnicity, religion, and gender.
Ternyata, perkembangan teknologi tidak semata menjadi faktor utama, dalam hal ini globalisasi ekonomi juga ikut berperan, bahkan hingga kepada faktor-faktor politik. Hal ini juga menjelaskan mengapa globalisasi tidak terlepas dari politik, ekonomi, bahkan budaya, yang ditenggarai sebagai globalisasi ketiga.
Globalisasi Budaya yang dirasakan sebagai satu kesatuan paket dari globalisasi-globalisasi lainnya, dikatakan sebagai globalisasi ketiga. Diminique Wolton, Kepala Pusat Kajian Center of National Research Scientific (CNRS) Prancis, dalam kesempatannya ketika berkunjung ke Indonesia pada tanggal 13 Desember 2004 menyatakan , Dunia dewasa ini akan memasuki perkembangan baru globalisasi. Setelah globalisasi politik dan globalisasi ekonomi umat manusia memasuki globalisasi budaya. Globalisasi politik dimulai dengan terbentuknya PBB. Sedangkan globalisasi ekonomi dimulai sejak perdagangan bebas dalam kurun waktu antara tahun 70-an. Dari ketiga globalisasi tersebut, sektor budaya lah yang paling sulit dilakukan. Sedang yang paling mudah adalah globalisasi ekonomi…
Pernyataan Diminique mengenai sulitnya globalisasi budaya untuk dilakukan, tentunya belum mampu dipastikan sebagai berita baik bagi kalangan pendukung globalisasi. Hal ini tentunya akan menjadi pendorong yang tepat bagi kaum skeptis untuk terus menolak globalisasi, meskipun globalisasi tidak dapat dihentikan begitu saja, kabar baiknya globalisasi budaya terus saja berjalan hingga sekarang ini. Sehingga berhasil memunculkan suatu istilah global pop culture, sebagai suatu bukti adanya globalisasi budaya ditengah tentangan kaum skeptis.
Kehadiran global pop culture atau budaya populer global, secara sejarah tidak dapat terlepaskan dari perkembangan pembangunan pada abad ke-19 dan 20. Pada abad ke-19 pembangunan pada aspek media massa, khususnya surat kabar dan novel-novel menjadikan jarak yang terpisah antar suatu masyarakat di suatu belahan dunia terhadap belahan dunia lainnya untuk mengakses tren kultur, tidak terhambat oleh masalah tempat. Masuk kepada abad-20 penemuan radio, televisi, dan komputer menjadikannya fenomena dalam perluasan akses. Hasilnya, tren kultur popular pada suatu regional tertentu dengan mudah menyebar ke belahan dunia lainnya, dimana budaya itu bisa dimodifikasi oleh tradisi lokal dan bisa menjadi salah satu yang termasuk kultur popular lokal.


Kesimpulan
Globalisasi adalah suatu keniscayaan, artinya sebuah proses mekanisme alamiah sebagai buah perkembangan bentuk interaksi manusia yang semakin luas di seluruh dunia. Pada taraf globalisasi budaya, tahap fungsional lebih mendominasi pola pikir manusia terhadap nilai-nilai budaya. Globalisasi membuat dunia menjadi lebih homogen disebabkan meluasnya proses kesepakatan bersama dalam hal menegosiasikan pesan yang berimbas pada hilangnya identitas budaya yang terdominasi oleh budaya lain.
Faktor-faktor penyebab globalisasi utama adalah kemajuan teknologi, namun selain itu masih banyak juga faktor-faktor tidak langsung yang menyebabkan globalisasi terjadi.

Sumber :

  1. http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya
  2. Mc Luhan, Marshal ; Manusia dan Media dalam Refleksi Budaya, Lembaga Studi Filsafat, Jakarta 1992
  3. http://feelsafat.files.wordpress.com/2007/12/globalisasi-budaya-ditengah-masalah-identitas-nasional.pdf
  4. Teknologi dan Global Village, Dalam bahan kuliah Komunikasi Internasional FISIP UNAS
  5. David Held, Anthony Mcgrew, David Goldblatt dan Jonathan Peron, Global Transformations, Polity Press, Cambridge, 1999. p327.
  6. http://id.wikipedia.org/wiki/globalisasi
  7. http://www.tempointeraktif.com/hg/nasional/, Indonesia Perlu Siap Hadapi Globalisasi Ketiga, Senin, 12 Desember 2004, 14.22 WIB

Jumat, 06 Maret 2009

REFERENSI KOMUNIKASI (PERIKLANAN)

Membuat Tracing Vector dengan Free Hand MX (part II)
(Budi Hartanto - Iklan 06)
Setelah membuat vector dengan trace tool, maka bahasan ini adalah cara membuat vector dengan cara manual menggunakan path yang dibentuk dengan pen tool, cara ini lebih sulit dan membutuhkan ketelitian namun akan sebanding dengan hasil yang akan didapatkan, hasil tracing jauh lebih sempurna, detail dan rapi (bahkan tidak ada warna yang hilang/bolong seperti pada tracing dengan trace tool). Dengan cara manual ini background gambar tidak perlu dihilangkan melalui photoshop, karena kita akan langsung membuat path dari objek

  1. Buka Free Hand MX dan buat dokumen baru

  2. Import File yang akan dijiplak dengan cara pilih menu file > import.
  3. Setelah file yang akan dijiplak muncul, klik pen tool pada menu tools berupa simbol mata pena
  4. Mulai membuat titik2 batas area. Cara penggunaan pen tool di sini sama caranya dengan penggunaan pen tool di Photoshop (sudah diterangkan dalam bahasan menghilangkan background pada photoshop), yakni meletakkan titik2 pointer serta memainkan kurvanya. Intinya dalam menjiplak pixel menjadi vector adalah memberi batas pada setiap detail perbedaan warna yang ada pada file pixel. Semakin teliti dan detail batas2 warna yang dibuat, maka hasilnya pun akan semakin mirip. Hal ini diperlukan kejelian mata dalam setiap menangkap perbedaan warna yang ada, karena itu dalam berlatih membuat detail vector sebaiknya menggunakan file pixel yang beresolusi tinggi. Misalkan membuat detail perbedaan warna pada baju yang menghasilkan efek lipatan, atau perbedaan warna pada kulit wajah yang menghasilkan kontur wajah.

  5. jika dibuat secara detail maka akan tampak seperti ini


  6. Jika sudah maka hasilnya akan berupa kumpulan path yang terlihat kompleks namun itulah sebenarnya batas2 area perbedaan warna yang anntinya akan diisi dengan warna berupa vector

  7. setelah jadi, saatnya memberi warna. Untuk memunculkan campuran warna pilih menu Window > Color Mixer

  8. Color mixer berfungsi seperti kumpulan cat warna dasar yang dapat diramu sesuka hati, ada 4 model pilihan warna mulai dari warna RGB, CMYK, HLS, Color Picker. Karena saya terbiasa membuat grafis untuk media cetak maka mode warna yang saya pilih adalah CMYK.

  9. Sekarang munculkan swatches, berfungsi sebagai tempat list warna yang akan kita ramu. Ibarat melukis, color mixer adalah cat yang masih berada di botol, sedangkan swatches adalah palet tempat kita meletakkan warna2 yang telah dicampur. Pilih menu Window > Swatches

  10. Setelah swatches muncul, kita mulai memasukkan warna2 yang telah dicampur, caranya drag kursor mouse pada warna yang telah dicampur di Color Mixer ke Swatches. Untuk panduan jenis warna yang akan dipakai bisa dilihat pada file pixel aslinya. Swatches akan berisi list2 warna yang akan kita pakai

  11. Cara mewarnai, perhatikan panel pada swatches (lihat tanda panah pada gambar)panah merah yang menunjuk ke simbol X itu menandakan isi warna pada bagian dalam objek (fill). Panah biru yang menunjuk simbol / itu menandakan warna pada line/garis objek. Panah kuning yang menunjuk simbol itu adalah menandakan warna gabungan isi (fill) dan garis (line) objek. Jika kita ingin memberi warna pada isi /bagian dalam objek saja, maka klik tanda X pilih warna yang dipilih, sedangkan pada bagian garis/line diberikan warna None (kosong,/tidak ada warna). Tips, untuk menjiplak Foto menjadi vector, setiap line pada objek dibuat None.
  12. Mulai memberikan warna satu persatu pada setiap objek path. Usahakan semirip mungkin dengan foto aslinya. Untuk membuat efek bisa saja memasukkan unsur gradasi (akan dibahas kemudian, untuk sementara bahasan cukup pada penggunaan warna2 dasar /fill basic)
  13. Setelah selesai seluruh bagian diberi warna, Jangan lupa di-group agar tidak berantakan pada saat digeser atau diubah ukurannya (caranya pilih menu Modify >Group) . Lalu hapus file pixel dari lembar kerja Free Hand dengan menekan delete pada keyboard, maka hasil jiplakan dengan cara manual siap dikreasikan dengan unsur vector lain. Selamat Mencoba

Kamis, 05 Maret 2009

REFERENSI KOMUNIKASI (PERIKLANAN)

Membuat Tracing Vector dengan Free Hand MX
(Budi Hartanto - Iklan 06)
Menguasai teknik membuat image pixel menjadi vector dengan detail dan tingkat kemiripan yang serupa merupakan salah satu keahlian tertinggi dalam dunia desain grafis. Biasanya ilustrasi vector banyak digunakan pada media massa cetak sebagai pengganti ilustrasi manual namun tetap terlihat seperti foto (saya lebih suka menyebut ilustrasi vektor ini sebagai bentuk ilustrasi digital), ataupun dikreasikan lagi agar menjadi memiliki nilai estetika yang lebih lagi (misal untuk memperbaiki kualitas foto yang kurang baik, infografis, karikatur, lukisan, hingga animasi dsb).
Contoh :

Atau

Ada dua cara dalam membuat ilustrasi vektor. Yang pertama adalah teknik tracing (menjiplak) langsung, cara ini paling mudah dan dapat menjadi solusi dalam mengerjakan tugas desain grafis yang baru saja diberikan dosen (untuk melihat panduan gambar untuk ukuran lebih besar dan detail silahkan klik pada gambar yang bersangkutan)

  1. Buang background foto dengan me nggunakan photoshop (cara menghilangkan background dapat dilihat pada postingan sebelumnya atau klik disini)
  2. Dari image awal yang seperti pada gambar di atas, setelah dihilangkan backgroundnya maka hasilnya seperti di bawah ini.

  3. Setelah background dihilangkan simpan file dalam format JPEG. Caranya Pilih Menu File >Save As> lalu beri nama file dan format file (lihat gambar) dan klik save lalu ok.


  4. Setelah itu buka program Macromedia Free Hand (kebetulan saya menggunakan Free Hand MX) Pilih menu File > New sebagai dokumen baru


  5. Setelah dokumen baru terbuka, kita setting ukuran dokumen (hal ini juga berguna pada saat akan mengeprint untuk memilih jenis ukuran kertas) pilih menu window > document


  6. Maka akan muncul menu Properties. Dalam menu itu kita pilih ukuran kertas adalah A4 (untuk langkah 4 dan 5 bisa dilewatkan saja, bisa langsung ke langkah 6)



  7. Setelah ukuran kertas dipilih. Lalu dokumen image JPEG yang telah kita hilangkan backgroundnya kita impor ke dalam Free Hand, caranya pilih menu File > import



  8. File image JPEG yang telah kita hilangkan backgroundnya pun muncul di lembar kerja Free Hand dan siap kita tracing



  9. Pilih trace-tool pada menu tools (lihat gambar) berupa simbol tongkat ajaib


  10. Setelah kursor trace aktif arahkan kursor dari ujung kiri atas image ke sudut kanan bawah (lihat gambar, mouse di-drag dari sudut x berwarna merah ke sudut x berwarna biru) ini bertujuan memilih area seleksi yang akan ditracing


  11. Tunggu beberapa saat, lalu akan muncul hasil tracing berupa kumpulan2 path warna yang masih aktif (ditandai dengan adanya titik2 biru)


  12. Biarkan kondisi kumpulan path warna tersebut dalam keadaan aktif lalu pilih menu modify lalu klik group. Hal ini berguna agar kumpulan path tadi menjadi satu group yang tidak terpisah sehingga tidak berantakan ketika akan dipindah2kan ataupun diperbesar/diperkecil


  13. Setelah itu pilih arrow tool untuk mengembalikan kondisi kursor seperti biasa


  14. Setelah itu geser perlahan2 hasil tracing yang sudah digroup tadi (dalam contoh pada gambar saya menggesernya ke arah kanan), hal ini dilakukan untuk memisahkan hasil tracing berupa vektor dengan image asli yang berupa pixel document JPEG


  15. Setelah terlihat perbedaannya maka gambar yang berada di sebelah kiri dan tampak ditimpa oleh gambar lain, itu adalah image asli yang berupa pixel, sedangkan gambar yang paling atas adalah sudah dalam bentuk tracing vektor, klik panah mouse pada gambar yang tertimpa

  16. Lalu hapus image JPEG itu dengan menekan tombol Delete pada keyboard, hasilnya sekarang dokumen Free Hand sudah berupa vektor dan siap dikreasikan dengan bentuk2 vektor lain selamat mencoba.

Model : Tya, Valentino Rossi (sumber blog penulis : http://budzaemon.blogspot.com)

Sabtu, 03 Januari 2009

REFERENSI KOMUNIKASI

Menghilangkan Background dengan Photoshop

(Budi Hartanto - Iklan 06)

Banyak desainer grafis mengatakan bahwa photoshop adalah software ‘sakti’ karena dengan menguasainya semua imajinasi visual yang ada di benak kita bisa menjadi ‘kenyataan’ berwujud produk grafis. Di sini saya akan berbagi materi-materi dasar photoshop yang akan berguna khususnya pada jurusan jurnalistik dan periklanan, setidaknya materi ini bisa diaplikasi untuk mengedit foto anda sendiri dalam friendster atau facebook sehingga tidak lagi tampil standar :-P

Dalam materi ini saya mengajarkan cara menghilangkan background dengan menggunakan pen tool, memang banyak cara lain, tapi cara ini merupakan cara yang paling banyak digunakan secara standar industri media. Menggunakan pen tool akan menghasilkan seleksi image yang lebih rapi, detail serta cepat (seperti menggunting foto secara manual). Pen tool dipilih karena sifatnya yang fleksibel, seolah-olah kita benar-benar menggunakan pen (pena) untuk membuat batas-batas pada image.

Saya menggunakan photoshop 7 (karena ini materi dasar maka cara ini bisa diaplikasi pada semua photoshop seri lama dan terbaru) dan untuk lebih jelasnya sebaiknya paduan gambar di klik agar tampilan 100 persen, serta perhatikan tanda lingkaran merah dan panah merah sebagai petunjuk

Langkah 1

Buka file yang akan dihilangkan backgroudnya, sebagai proses belajar sebaiknya pilih image yang beresolusi besar dan tidak rumit (hindari dulu mencoba menghilangkan background dengan objek rambut di kepala). Biasanya file berformat JPEG yang tidak memiliki layer

Langkah 2

Aktifkan layer image dengan mengklik dua kali pada layer background (lihat gambar yang diberi tanda panah merah) jika sudah diklik maka akan tampak menu baru sebagai tanda layer akan aktif, silahkan beri nama layer tersebut (untuk materi kali ini saya sengaja membiarkan nama layernya tetap sebagai “Layer 0”) jika sudah klik OK



Langkah 3

Lalu pilih pen tool di sisi kiri monitor (lihat gambar)


Langkah 4

Mulai memberi titik-titik batas yang akan diseleksi, mungkin akan terasa sulit memberi titik-titik batas dengan gerakan mouse dan memainkan kurva, tapi dengan seringnya berlatih akan terbiasa bahkan terasa mudah . Jangan lupa untuk memudahkan proses seleksi, pada panel layer fill diubah menjadi 0 untuk menghindari munculnya fill warna pada batas-batas seleksi pen tool (lihat gambar).Ini adalah proses paling lama dan membutuhkan ketelitian serta kejelian rasa seni.

Langkah 5

Teruskan membuat titik-titik batas seleksi hingga akhirnya batas tersebut tertutup dengan mempertemukan titik akhir dengan titik awal seleksi. Wilayah yang tertutup batas adalah wilayah yang telah diseleksi

Langkah 6

Setelah tertutup arahkan mouse ke panel layer dan klik vector mask thumbnail, biasanya ditandai dengan tulisan “Shape 1” (jika pada file belum ada shape yang lain).Lihat gambar

Langkah 7

Klik Paths pada panel

Langkah 8

Klik tombol bundar dengan logo segitiga di sudut kanan panel paths hingga keluar menu baru dan pilih “make selection” (lihat gambar)

Langkah 9

Setelah klik make selection maka akan muncul menu baru di tengah-tengah monitor yang menandakan seleksi akan segera aktif. Ada beberapa pilihan untuk menyeting seleksi tapi untuk permulaan saya hanya akan mengajarkan penggunaan setingan feather radius yang menggunakan satuan pixels (yang lainnya biarkan seperti semula, jangan diklik).
Feather radius berfungsi untuk menyamarkan tepian sisi seleksi, gunanya jika gambar dipotong, maka hasil potongan gambar di tepi-tepinya tidak terlihat terlalu kasar melainkan tampak samar di sepanjang sisinya. Semakin besar angka feather radius yang dimasukkan maka semakin samar sisi gambar tapi ingat, jangan memberikan angka yang terlalu besar juga, sesuaikan dengan kebutuhan, karena jika angka yang dibuat sangat besar maka hasil menghaluskan sisi luar gambar akan semakin ‘memakan’ gambar tersebut ke sisi dalam, akibatnya gambar malah menjadi pudar. Jika sudah maka klik OK

Langkah 10

Jika sudah di klik oke maka bagian yang terseleksi akan tampak dibatasi oleh garis putus-putus yang berkedip-kedip, ini menandakan bagian yang diseleksi siap untuk diedit.

Langkah 11

Lalu klik lagi panel layer untuk memilih layer yang akan diedit

Langkah 12

Setelah panel layer terbuka kembali maka klik “Layer 0” (layer yang akan dihilangkan backgroundnya) agar aktif

Langkah 13

Arahkan kursor mouse ke menu bagian atas dan buka menu “Select” dan pilih “Inverse”. hal ini untuk membalik posisi seleksi, karena seleksi yang kita buat di awal adalah justru bagian yang bukan akan dihilangkan, sehingga untuk membalik keadaan perlu di-inverse agar seleksi yang aktif adalah bagian background
(lihat gambar)

Langkah 14

Setelah inverse, maka tekan tombol delete di keyboard untuk menghapus background, maka hasilnya akan seperti pada gambar, background akan hilang dan siap digantikan dengan background lain atau dikreasikan dengan imajinasi kita.
Langkah 15

Selebihnya silahkan berkreasi dengan image yang sudah dihilangkan backgroundnya. Ingat dalam memasukkan background baru posisi layer harus di bawah layer yang sudah dihilangkan backgroundnya (dalam materi latihan ini layer yang dihilangkan backgroundnya adalah bernama “Layer 0”, maka letakkan background baru di bawah posisi “Layer 0” pada menu panel layer) Selamat Mencoba!!!


Model foto : Uyunk & Atta (PR 06)
Kunjungi Blog penulis di http://budzaemon.blogspot.com/


Minggu, 14 Desember 2008

OPINI

Demokrasi Sakit Hati
(Budi Hartanto - Iklan 06)

Seolah menjadi hal yang lumrah ketika sebuah proses suksesi kepemimpinan entah itu pada level kampus, organisasi, hingga yang paling tinggi yakni lingkup kehidupan bernegara melahirkan barisan-barisan sakit hati, yakni golongan orang-orang yang tidak puas terhadap kepemimpinan yang baru. Alasannya pun bermacam-macam mulai dari menyoroti prosesnya yang diangap kotor hingga alasan personil di dalamnya yang tidak kapabel, sehingga roda kepemimpinan yang baru saja terpilih kurang efektif menjalankan tugasnya. Padahal jika saja mau merendah hati dan melepaskan 'arogansi seragam' yang dikenakan, kita akan bisa melihat ada persoalan yang dihadapi sebenarnya jauh lebih besar dan urgen ketimbang berkutat pada urusan 'seragam' saja.

Demokrasi sakit hati itulah yang terjadi, busuknya proses suksesi politiuk atau berbagai macam alasannya membuat kita merasa lebih nyaman hidup terkotak-kotak dengan seragam masing-masing hingga akhirnya kotak-kotak kecil tersebut tidak bisa menghadapi persoalan yang bersifat lebih global. Jika sudah begitu rasanya sia-sia saja slogan

"Berapa Jumlah kita rekan-rekan?"

"SATU!!!"

yang telah kita terima saat pertama kali menjejakkan kaki di almamater ini.
Saya jadi teringat salah satu adegan film Soe Hok Gie yang diperankan Nicholas Saputra, pada suatu adegan para mahasiswa Sastra UI sedang bersidang dan terjadi deadlock, karena masing-masing kelompok eksternal mahasiswa bersikukuh mengirimkan 'utusannya' pada senat Sastra, hingga akhirnya Gie angkat bicara yang kurang lebih isinya sebagai berikut

"Siapa pun yang masuk pada kepengurusan senat ini, bukanlah utusan-utusan dari organisasi-organisasi tersebut, melainkanmereka adalah orang-orang yang terpilih karena dianggap mampu menjalankan tugasnya itu.." Gie melihat persoalan dengan kacamata yang lebih luas, bukan sekedar dari sudut pandang sempit seragam semata.

Persoalan yang kita hadapi sekarang adalah sakit hati karena melihat orang-orang yang berada pada pos-pos kerja kepemimpinan dianggap tidak memiliki kapabilitas, lalu apa yang kita lakukan? Mencela dan mencaci maki meteka melalui gosip-gosip politik? Menggoyang atau bahkan menyabotase roda kepemimpinan yang sedang berjalan? Atau malah dengan cara yang cenderung lebih elegan dengan membuat 'kepemimpinan tandingan' melalui pembentukan kelompok-kelompok? Cara terakhir ini memang terdengar lebih etis dan menumbuhkan daya kompetisi sehingga diharapkan menghasilkan suatu aksi yang positif, namun dalam perkembangannya, ada kalanya kehadiran kelompok-kelompok tersebut membuat kita yang masih muda dan sangat sedikit ini terpecah-pecah ke dalam golongan-golongan yang menjurus pada arogansi dan primordialisme kelompok yang sempit.

Mengapa tidak sedikit pun terbersit di benak untuk bisa mensupport sebuah kepemimpinan dengan cara-cara yang elegan namun tidak perlu terkotak-kotak? Mengapa ide-ide yang kita miliki tidak disalurkan secara legal melalui lembaga-lembaga formal yang sah ketimbang berjalan sendiri-sendiri? Mengapa kita lebih senang 'berkata-kata di belakang' ketimbang berbuat demi sebuah kepentingan yang lebih luas? Mengapa kita lebih merasa nyaman dengan arogansi seragam yang menciptakan dan memecah belah?

Melalui tulisan ini saya berharap agar kita sebagai mahasiswa komunikasi UNAS mau peka dan bergerak bersama dalam menghadapi perpecahan yang secara terselubung telah terjadi pada jurusan kita, tanpa harus masih merasa sakit hati ataupun memandang seragam. Semoga dengan berlapang dada dan mau turut serta dalam tujuan bersama yakni memajukan jurusan. Sebuah visi yang jauh lebih besar yang harus kita wujudkan...
Sekali lagi saya mencoba mengulangi kata-kata kakak-kakak kita saat kita pertama kali menjejakkan kaki di sini

"Berapa jumlah kita rekan-rekan?"

Tidak perlu diucapkan, cukup dijawab di dalam hati...

Wallahu alam bishawab

Jumat, 12 Desember 2008

REFERENSI KOMUNIKASI

SOSIOLOGI KOMUNIKASI
Sosiologi komunikasi adalah ilmu yang memberi pemahaman tentang kajian sosiologis dari kegiatan komunikasi, khususnya komunikasi massa. Kajian dari sosiologi komunikasi meliputi hubungan media massa dengan institusi sosial lain yang ada dalam masyarakat, hubungan di dalam institusi media termasuk proses produksi isi media dan hubungan media massa dengan khalayak.

Komunikasi: Process by which an individual transmit stimuli (usually verbal symbols) to modify the behavior of another individuals communicant (Carl Hoveland dlm bukunya Social Communication).

Untuk memahami dan menjelaskan hubungan antara fenomena komunikasi dan masyarakat dalam perspektif sosiologi paling tidak ada 3 teori besar yang harus diperhatikan:
1. Teori fungsionalisme dalam paradigma fakta sosial
2. Teori interaksionisme simbolik dalam paradigma definisi sosial (tindakan sosial dan fenomenologi)
3. Teori pertukaran sosial dari paradigma perilaku sosial

I. Emile Durkheim menjelaskan arti sosiologi dengan adanya fakta sosial, yaitu cara bertindak, berpikir dan berperasaan di luar individu dan mempunyai kekuatan memaksa yang mengendalikannya (The rules of sociological method).

Dalam kaitan tersebut George Ritzer dalam bukunya Sociology, a Multiple Paradigm Science melihat ada dua tipe dasar dari fakta sosial, yaitu:
(1) Struktur Sosial (susunan atau konfigurasi dari beberapa orang dengan katagori yang berbeda tetapi terikat pada suatu tata hubungan kerjasama); dan
(2) Pranata Sosial (norma-norma sosial serta pola-pola nilai sosial dalam masyarakat)
Fakta sosial yang dimaksud dalam hal ini dapat berwujud kelompok, misal kelompok olah raga, kelompok politik, kelompok hukum, dsbnya. Dapat pula berupa kesatuan, misal kesatuan masyarakat tertentu, bisa berupa sistem sosial (sistem daripada tindakan-tindakan yang terbentuk atas dasar interaksi sosial dari para anggotanya), posisi sosial, nilai-nilai, adat istiadat, dsbnya.

Sifat dari fakta sosial menurut Durkheim, paling tidak mengandung: General, Eksternal dan Memaksa
1. General: keberlakuannya tidak hanya untuk perseorangan melainkan umum bagi semuanya
2. Eksternal: keberadaannya di luar eksistensi individu. Artinya tidak tergantung dan tidak melekat pada diri seseorang
3. Memaksa: memaksa setiap orang untuk member arti sebagaimana arti yang telah disepakati oleh penggunanya.

II. Pelopornya Max Weber. Dalam bukunya The Structure of Sosial Action. Ia memfokuskan pada realitas sosial yang dikaitkan dengan tindakan (sosial). Artinya bahwa tindakan hanya dapat disebut sebagai tindakan sosial apabila tindakan tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan perilaku orang lain dan berorientasi pada perilaku orang lain dan mempunyai makna subyektif baginya.

Ada 3 premis dasar dalam kaitan teori ini menurut Herbert Blumer dalam bukunya Symbolic Interactionism: Perspective and Method, yaitu:
1. Manusia bertindak terhadap sesuatu atas dasar MAKNA yang dimiliki oleh benda, kejadian, atau fenomena itu bagi mereka.
2. Makna suatu benda atau fenomena bukan terletak pada benda, fenomena atau kejadian tetapi tergantung pada seseorang atau masyarakat memberikannya. Karena makna-makna ini merupakan hasil interaksi sosial antar seseorang dengan orang lain dalam masyarakat.
3. Makna-makna itu dikelola serta dimodifikasi melalui suatu proses, penafsiran yang digunakan oleh setiap individu dalam keterlibatannya dengan tanda-tanda yang dihadapi sewaktu interaksi berlangsung.

Kesimpulannya menurut G. Ritzer:
1. Tanggapan seseorang dalam proses interaksi bukan merupakan tanggapan yang langsung terhadap stimulus yang datang dari lingkungan atau luar lingkungannya, melainkan hasil dari PROSES INTERPRETASI terhadap stimulus
2. Stimulus bukan merupakan determinan faktor terjadinya tindakan manusia. Antara stimulus dan respon terdapat variabel yang menjembatani, yaitu proses mental atau proses berpikir.

III. Teori Pertukaran Sosial

Terdapat 5 bentuk dasar dan perilaku sosial yang dirumuskan dalam bentuk proposisi:
1. Proposisi Sukses Semakin sering suatu tindakan yang dilakukan oleh sesorang mendatangkan manfaat, maka semakin besar kemungkinan tindakan serupa akan dilakukan lagi oleh orang itu.
2. Proposisi Stimulus Jika suatu stimulus (kejadian) dapat mendatangkan ganjaran atau tanggapan positif dari pihak lain, maka semakin besar kemungkinan seseorang akan melakukan tindakan serupa ketika menghadapi suatu stimulus yang sama.
3. Proposisi Nilai Proposisi Rasional. Semakin bernilai bagi diri seseorang atas tindakan yang pernah dia lakukan, maka akan semakin besar kemungkinan akan diulanginya kembali tindakan serupa agar mendatangkan nilai yg berarti pula baginya. Intinya: mana pilihan atau alternatif yang lebih menguntungkan dirinya secara ganda, baik dari segi waktu maupun nilai yang diperoleh.
4. Proposisi Deprivasi-Satiasi. Semakin sering seseorang menerima ganjaran yg istimewa bagi tindakan yang dilakukakannya, maka semakin kurang bermakna ganjaran yang diterima berikutnya. Intinya adanya kejenuhan atau kurang merasa nikmat lagi.
5. Proposisi Persetujuan-Perlawanan). Jika tindakan seseorang tidak mendapatkan ganjaran sebagaimana dia harapkan, atau malah mendapatkan hukuman, maka dia akan marah atau melawan.

Komunikasi antar-manusia di dalam masyarakat mempunyai proses yang jelas dan biasa disebut dengan:
1. Proses secara primer: Komunikasi yang dilakukan secara tatap muka, langsung antara seseorang kepada orang lain guna menyampaikan pikiran maupun perasaan, baik melalui bahasa (simbolisasi dari perasaan dan gagasan), gerakan, aba-aba dsbnya.

Oleh Joseph De Vito Bahasa itu dikatakan mempunyai sifat: Produktif dan Kreatif dengan ciri Pelenyapan Cepat dan Kebebasan Makna (tidak memiliki karakteristik fisik dari benda atau hal yang digambarkan)

2. Proses secara sekunder: Penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai media bahasa.

Onong Uchjana Efendi berpendapat bahasa merupakan: lambang beserta isi, yakni pikiran dan atau perasaan yang dibawanya menjadi totalitas pesan.

Proses komunikasi secara sekunder memang diakui lebih efisien oleh karena dapat menjangkau khalayak (komunikan) dengan lebih luas walaupun sifatnya informatif saja.

Unsur-unsur dalam proses komunikasi, menurut O.U. Effendy, sbb:
1. Source: Komunikator yang menyampaikan pesan kepada seseorang atau sejumlah orang
2. Encoding: Pensandian, artinya proses pengalihan pikiran ke dalam bentuk, lambang
3. Message: Seperangkat lambang bermakna yang disampaikan oleh komunikator
4. Media: Saluran komunikasi tempat berlalunya pesan dari komunikator kepada komunikan
5. Decoding: Proses dalam mana komunikan menetapkan makna pada lambang yang disampaikan oleh komunikator kepadanya
6. Receiver: Komunikan yang menerima pesan dari komunikator
7. Response: Tanggapan, (sejumlah) reaksi pada komunikan setelah diterima pesan
8. Feedback: Umpan balik, tanggapan komunikan apabila tersampaikan atau disampaikan kepada komunikator
9. Noise: Gangguan tdk terencana yang terjadi dalam proses komunikasi sebagai akibat diterimanya pesan lain oleh komunikan yang berbeda dengan pesan yang disampaikan oleh komunikator kepadanya (persoalan empathy dibutuhkan)

Oleh Aristoteles dikatakan bahwa unsur pokok dalam proses komunikasi adalah: komunikator, komunikan, dan pesan.

Sedangkan Harold Laswell, Komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan siapa? mengatakan apa? dengan saluran apa? kepada siapa? dengan akibat atau hasil apa? (who? says what? in which channel? to whom? with what effect?). (Lasswell 1960).

1. Who? (siapa/sumber)
Sumber/komunikator adalah pelaku utama/pihak yang mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi atau yang memulai suatu komunikasi, bisa seorang individu, kelompok, organisasi, maupun suatu negara sebagai komunikator.

2. Says What? (pesan)
Apa yang akan disampaikan/dikomunikasikan kepada penerima(komunikan), dari sumber(komunikator)atau isi informasi.Merupakan seperangkat symbol verbal/non verbal yang mewakili perasaan,nilai,gagasan/maksud sumber tadi. Ada 3 komponen pesan, yaitu makna,symbol untuk menyampaikan makna,dan bentuk/organisasi pesan.

3. In Which Channel? (saluran/media)
Wahana/alat untuk menyampaikan pesan dari komunikator (sumber) kepada komunikan (penerima) baik secara langsung (tatap muka), maupun tidak langsung (melalui media cetak/elektronik dll).

4. To Whom? (untuk siapa/penerima)
Orang/kelompok/organisasi/suatu negara yang menerima pesan dari sumber. Disebut tujuan (destination)/pendengar (listener)/khalayak(audience)/komunikan/penafsir/penyandi balik (decoder).

5. With What Effect? (dampak/efek)
Dampak/efek yang terjadi pada komunikan (penerima) setelah menerima pesan dari sumber, seperti perubahan sikap, bertambahnya pengetahuan, dll.


FUNGSI DAN UNSUR-UNSUR DALAM KOMUNIKASI MASSA

I. Pengertian dan unsur-unsur komunikasi massa
Komunikasi massa merupakan komunikasi yang mencakup pada tingkat masyarakat luas, dilakukan dengan menggunakan media massa dengan berbagai tujuan komunikasi dan untuk menyampaikan informasi kepada khalayak luas. Dalam komunikasi massa terdapat unsur-unsur penting yang saling berkaitan satu sama lain. Unsur-unsur tersebut adalah:
1. Komunikator
Komunikator adalah pihak yang menggunakan media massa dengan teknologi telematika modern sehingga dalam menyebarkan suatu informasi dapat ditangkap dengan cepat oleh publik. Komunikator dalam komunikasi massa berusaha untuk menyebarkan informasi, pemahaman, wawasan dan solusi-solusi dengan masayarakat luas yang tersebar dimana-mana dan tanpa diketahui dengan jelas keberadaan mereka. Dengan kata lain komunikator mencoba untuk berkomunikasi yang ditujukan pada masyarakat yang relatif lebih luas, sifatnya heterogen dan anonim, pesan-pesanya disampaikan secara umum, menajangkau khalayak luas secara serempak dan bersifat serentak.
2. Media massa
Dalam komunikasi massa, media adalah alat yang dapat menghubungakan antara sumber dan penerima yang sifatnya terbuka, di mana setiap orang dapat melihat, membaca dan mendengarnya. Media dalam komunikasi massa dibedakan menjadi dua macam, yaitu media cetak (misalnya surat kabar dan majalah) dan media elektronik (misalnya radio dan televisi).

3. Informasi massa
Informasi massa merupakan pesan atau informasi yang diperuntukkan kepada masyarakat secara masal. Komunikasi massa adalah komunikasi umum dan bukan bersifat pribadi, pesan yang disampaikan bukan ditujukan kepada satu orang saja karena isinya bersifat terbuka bagi seluruh masyarakat. Pesan dalam komunikasi massa berjalan secara cepat dan selintas. Dikatakan cepat karena pesan yang disampaikan kepada khalayak penerima relatif singkat atau bahkan dengan segera. Sedangkan dikatakan selintas karena pesan yang dikomunikasikan biasanya dibuat agar dapat dikonsumsi dengan segera dan bukan untuk diingat-ingat.
4. Gatekeeper
Gatekeeper adalah penyeleksi informasi. Oleh karena komunikasi massa di jalankan dalam suatu organisasi media massa, maka orang-orang yang berada dalam oraganisasi tersebut yang akan meyeleksi setiap informasi yang akan disiarkan maupun yang tidak disiarkan. Mereka juga memiliki kewenangan untuk memperluas dan membatasi informasi yang akan disiarkan.
5. Khalayak
Khalayak adalah massa penerima informasi yang disebarkan oleh media massa. Mereka terdiri dari publik pendengar atau pemirsa sebuah media massa. Komunikasi massa ditujukan pada khalayak luas yang heterogen dan anonim. Bersifat heterogen karena pesan atau informasi yang disampaikan terbuka untuk umum dan tidak diarahkan kepada kelas-kelas tertentu saja yang ada dalam masyarakat. Sedangkan bersifat anonim karena anggota-anggota khalayak secara individual tidak dikenal atau diketahui oleh komunikatornya.
6. Umpan balik
Umpan balik dalam komunikasi massa umumnya bersifat tertunda, hal tersebut berbeda dengan umpan balik pada komunikasi tatap muka yang bersifat langsung.

II. Fungsi komunikasi massa dalam masyarakat:
Secara umum komunikasi massa berfungsi untuk menyebarluaskan informasi, meratakan pendidikan, merangsang pertumbuhan ekonomi dan menciptakan kegembiraan dalam hidup seseorang.
Oleh karenanya ada beberapa fungsi komunikasi massa dalam masyarakat:
a. Fungsi pengawasan
Fungsi pengawasan berupa peringatan dan kontrol sosial maupun kegiatan persuasif. Pengawasan dan kontrol sosial dapat dilakukan dengan aktifitas preventif unutk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Misalnya, pemberitaan tentang bahaya HIV-AIDS bagi kehidupan masyarakat yang dilakukan melalui media massa dan ditujukan pada masyarakat luas, maka fungsi preventifnya agar masyarakat tidak terjerumus dan tidak melakukan tindakan yang dapat menimbulkan HIV-AIDS.
Sedangkan fungsi persuasif sebagai upaya untuk memberikan reward dan punishment kepada masyarakat sesuai dengan apa yang dilakukanya. Media massa dapat memberikan reward kepada aktifitas masyarakat yang bermanfaat bagi anggota masyarakat lainya, namun jika aktifitas yang dilakukan tidak bermanfaat dan bahkan merugikan fungsi-fungsi sosial lainya dalam masyarakat maka akan diberikan punishment.
b. Fungsi pembelajaran sosial (social learning)
Fungsi utama dari komunikasi massa melalui media massa adalah melakukan guiding dan pendidikan sosial kepada seluruh masyarakat. Media massa bertugas untuk memberikan pencerahan kepada masyarakat di mana komunikasi itu berlangsung.
c. Fungsi penyampaian informasi
Komunikasi massa yang menggunakan media massa, memiliki fungsi sebagai proses penyampaian informasi kepada masyarakan luas. Komunikasi massa memungkinkan informasi dari institusi publik tersampaikan kepada masyarakat secara luas dalam waktu cepat sehingga fungsi informatif tercapai dalam waktu cepat dan singkat.

d. Fungsi transformasi budaya
Fungsi transformasi budaya menjadi sangat penting dan terkait dengan fungsi-fungsi sosial lainya terutama fungsi social learning. meskipun demikian fungsi transformasi budaya lebih pada tugas sebagai bagian dari budaya global.
Media massa menyebarluaskan hasil-hasil kebudayaan melalui pertukaran program siaran radio, televisi dan bahkan melalui media cetak. Dengan adanya perkembangan teknologi maka dapat menimbulkan suatu perubahan-perubahan budaya.
e. Hiburan
Media massa mendesain program-programnya dengan salah satu tujuan untuk menghibur masyarakat. Memberi hiburan untuk mendapatkan perhatian dari khalayak sebanyak mungkin, sehingga mereka dapat menjual hal ini kepada para pengiklan dan mereka akan memperoleh keuntungan. Sedangkan di sisi masyarakat hiburan sangat diperlukan untuk mengisi waktu luang dan menjadi sarana untuk rekreasi.
f. Meyakinkan (to persuade)
Persuasi dapat datang dalam bentuk:
· Mengukuhkan atau memperkuat sikap
· Mengubah
· Menggerakkan
· Menciptakan rasa kebersatuan

KOMUNIKASI MASSA SEBAGAI LEMBAGA SOSIAL

Lembaga Sosial: Himpunan norma-norma dari segala tingkatan yang berkisar pada suatu kebutuhan pokok di dalam kehidupan masyarakat.
Dengan kata lain dapat pula dikatakan: fungsi yang memenuhi ataupun melayani kebutuhan sosial tertentu yang digunakan untuk menciptakan ketertiban
Dalam kaitan pengertian lembaga sosial tersebut, maka dapat dikatakan Komunikasi massa sebagai suatu lembaga sosial oleh karena untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, utamanya dalam bidang komunikasi.
Lebih lanjut, Komunikasi massa identik dengan media massa yang dalam hal ini disebut PERS.

Signifikansi pers dalam kehidupan masyarakat (McQuail):
Dapat menyediakan lowongan kerja, memproduksi barang dan jasa, dan menghidupi industri yang berkaitan
Sebagai institusi untuk dirinya sendiri, pers mengembangkan aturan atau norma-norma yang menghubungkan dengan institusi lain, pada gilirannya institusi media diatur oleh masyarakat
Sebagai sumber kekuatan, alat kontrol, dan penyedia informasi
Menyediakan tempat/lokasi bagi peristiwa kehidupan publik yang dipentaskan, baik nasional maupun internasional
Menjadi lokasi pengembangan budaya
Seringkali dijadikan dominan definisi dan image realitas sosial bagi individu secara kolektif bagi kelompok dan masyarakat
Oleh karenanya, dapat dikatakan bahwa komunikasi massa telah melembaga (institutionalized) di tengah masyarakat. Artinya komunikasi massa telah membentuk struktur, dan seperangkat fungsi yang stabil dan harapan publik yang terkait dengan itu.
Menurut McQuail, sebagai suatu lembaga sosial, media memiliki beberapa karakteristik:
Berkepentingan dengan produksi dan distribusi pengetahuan dalam bentuk informasi, ide-ide, dan budaya
Menyediakan saluran untuk menghubungkan orang-orang tertentu ke orang lain, artinya setiap orang dengan masyarakatnya
Hampir secara inklusif media beroperasi di ruang publik sehingga merupakan suatu institusi terbuka
Partisipasi khalayak bersifat sukarela
Lembaga media berkaitan dengan industri dan pasar melalui ketergantungan-nya pada tenaga kerja, teknologi dan kebutuhan finansial
Namun demikian yang perlu dicermati menurut Charles R Wright, berkaitan dengan komunikasi massa ialah jangan sampai pengertian tersebut menimbulkan bayangan mengenai televisi, radio, surat kabar, buku, dsbnya. Artinya peralatan teknis ini jangan dicampuradukkan dengan “PROSES”.
Sebagai lembaga penyiaran, ia dapat menjadi suatu bentuk komunikasi massa bilamana ia menyiarkan kepada masyarakat luas mengenai konvensi politik, misalnya. Namun tidak dapat dikatakan dalam bentuk komunikasi massa bilamana hanya ditonton oleh personil TV nya saja.
Jadi dalam hal ini komunikasi massa merupakan jenis khusus dari komunikasi sosial, yang utamanya dilihat dari
Sifat Khalayak: Luas, Heterogen, dan Anonim
Sifat Bentuk Komunikasi: Bukan bersifat pribadi, tetapi UMUM. Artinya setiap orang mendapat pesan yang sama isinya dan cepat. Selain itu juga SELINTAS
Sifat Komunikatornya: cenderung sebagai suatu organisasi yang kompleks
Dalam pandangan sosiologik, komunikasi massa adalah suatu kajian secara ilmiah terhadap hubungan timbal balik antara media massa dan masyarakat, artinya Sosiologi komunikasi massa mempelajari bagaimana media massa mengembangkan norma2 sosial dan menimbulkan perubahan sosial. Benarkah media massa dapat meningkatkan angka kejahatan maupun kekerasan yang ada dalam masyarakat? Atau sebaliknya, dapatkah media massa menghantarkan masyarakat dalam mencapai masyarakat yang sejahtera, adil dan makmur?
Fungsi lain yang telah melekat pada lembaga komunikasi massa akibat perkembangan teknologi dan budaya masyarakatnya, apabila dibandingkan pada fungsi yang semula adalah:
1. Fungsi Bisnis
2. Fungsi Politis
3. Fungsi Sosial
4. Fungsi Organisator
5. Fungsi Ekonomis

Dalam suatu lembaga sosial selalu ada apa yang disebut dengan pengendalian sosial (social control). Hal ini berfungsi tidak hanya untuk mengamati tetapi juga mengendalikan agar warganya berperilaku sesuai dengan norma dan nilai yang berlaku (atas dasar kesepakatan sebelumnya).

Secara umum adanya pengendalian sosial dalam lembaga sosial berguna sebagai:
1. Mempertebal keyakinan terhadap norma-norma
Memberi penghargaan terhadap yang patuh
Mengembangkan rasa malu bagi pelanggara
Menimbulkan rasa takut
Menciptakan sistem hukum

Dalam kaitannya dengan media massa sebagai bentuk komunikasi massa, biasanya melalui pemberitaan atau bahkan iklan, pers mempunyai daya untuk melaksanakan pengendalian sosial seperti di atas.

Perwujudan kontrol sosial oleh pers dilakukan melalui tiga tindakan (yang biasanya dilakukan oleh pekerja pers), yaitu:
Pemilihan simbol (fungsi bahasa)
Pemilihan fakta yang disajikan (strategy framing)
Kesediaan memberikan tempat (agenda setting)

FEATURE HUMAS

Salah Pengertian Tentang Public Relations

Banyak orang beranggapan bahwa Public Relations merupakan bidang yang baru muncul sejak berakhirnya Perang Dunia II atau baru muncul sejak awal abad 20. Masalahnya Public Relations sudah ada sebelum Negara Amerika ada. Gagasan Public Relations sendiri bisa dikatakan sama tuanya dengan peradaban manusia.

Public Relations bukanlah usaha menciptakan suatu citra baru atau iklim pendapat umum yang menyenangkan atau mencoba memoles citra yang sudah ada. Definisi ini muncul ketika mencampuradukkan antara PR dengan pemasaran dan periklanan atau propaganda. PR merupakan pendekatan yang sangat strategis dengan menggunakan konsep-konsep komunikasi (Kasali, 2005:1).

Dalam prakteknya memang sering dijumpai salah pengertian tentang PR. Terkadang banyak orang sulit membedakan antara Public Relations dengan periklanan, pemasaran, promosi penjualan, propaganda dan publisitas. Secara umum, PR merupakan hal ihwal yang jauh lebih luas dari semua itu (periklanan, pemasaran, promosi penjualan, propaganda dan publisitas).

Sebagai ilmu pengetahuan, PR masih relatif baru bagi masyarakat bangsa kita. PR sendiri merupakan gabungan berbagai imu dan termasuk dalam jajaran ilmu-ilmu sosial seperti halnya ilmu politik, ekonomi, sejarah, psikologi, sosiologi, komunikasi dan lain-lain.

Dalam kurun waktu 100 tahun terakhir ini PR mengalami perkembangan yang sangat cepat. Namun perkembangan PR dalam setiap negara itu tak sama baik bentuk maupun kualitasnya. Proses perkembangan PR lebih banyak ditentukan oleh situasi masyarakat yang kompleks.

Public Relation meliputi aktivitas seperti hubungan media, marketing publicity dan internal komunikasi, dimana proses image building menjadi feature utama dari praktisi PR (public relations).
Ini kegiatan nyatanya:
- Membuat release, photo, dokumentasi lainnya
- Membuat leaflet, booklet, baliho
- Mengadakan jumpa pers press tour
- Membuat pidato untuk atasan maupun diri sendiri
- Mengikuti rapat pimpinan
- Merencanakan dan melaksanakan penerimaantamu perusahaan (event organizer)
- Diskusi dengan karyawan, Olah raga dan rekreasi karyawan (dalam arti luas)
- Peresmian gedung atau pabrik baru, HUT perusahaan
- Lobby ke pemerintah dan atau membuat peraturan
- Pameran, sponsor, iklan layanan masyarakat- Membuat kliping dan analisa
- Mewakili perusahaan
- Menyelenggarakan penyuluhan
- Mendampingi konsultan PR
- Periklanan (sebagian)
Bahan Bacaan :
Effendy, Onong Uchjana. 1999. Hubungan Masyarakat. Suatu Study Komunikologis. Cetakan ke lima. Bandung :Remaja Rosdakarya.Kasali, Rhenald. 2005. Manajemen Public Relations. Jakarta: Grafiti

Selasa, 09 Desember 2008

HIMAKOM NEWS FLASH

(Pameran Foto) 100 X FRANCE,3 Desember 2008,di Galeri Foto Jurnalistik Antara

Dear Sahabat,

Galeri Foto Jurnalistk ANTARA bekerjasama dengan CCF mengundangsahabat pada pembukaan pameran foto 100X FRANCE :

Hari/tgl : Rabu, 3 Desember 2008
Pameran berlangsung 3 - 14 Desember 2008
Pukul : 19.00- selesai
Tempat : Galeri Foto Jurnalistik ANTARAJl. ANTARA no. 59 PS Baru Jakarta 10710Telp/ fax : 3458771
Dibuka : Duta Besar Prancis, Bpk Philippe ZellerAktris, Ibu Christine Hakim

Pameran foto ini menampilkan sejarah fotografi Prancis dari jaman duluhingga masa kini dan sejarah singkat fotografi Indonesia.

Pameran ini didukung oleh: JakartaGlobe, Paperina, R&W( cocktail party )Ditunggu kehadiran sahabat semua....... ...!!!!!

salam fotografiGFJA

ARTIKEL

Leadership Action Triggers

Kualitas pertama dan yang paling penting dari sebuah tindakan adalah pelaksanaannya, baru kemudian ketepatan tindakannya, kemudian kemudahan melakukannya, kemudian ketepatan biayanya, dan kemudian yang terakhir adalah keindahan dari pelaksanaan dari tindakan itu.Tetapi para ahli menunda tindakan itu ada di mana-mana.Dan karena tidak melakukan yang seharusnya mereka lakukan, mereka jadinya -harus melakukan yang seharusnya tidak mereka lakukan.Itu sebabnya banyak orang yang terlambat mencapai yang telah lama dicapai oleh orang lain.Sebetulnya, setiap orang di antara kita adalah pribadi yang super cepat bertindak-bila dia bertemu dengan sesuatu atau keadaan yang mewajibkannya untuk bertindak tanpa sempat memikirkan penundaan.
Peluang
Reaksi cepat seorang pemimpin yang bertindak saat sebuah peluang hadir, bisa saja datang dari penantian yang cukup melelahkan, atau dari kekhawatiran bahwa kesempatan yang sama mungkin tidak akan tersedia lagi, atau bila peluang ini tidak diambilnya, orang lain akan memanfaatkannya.Bila kita tidak terlatih untuk berpikir cepat dalam menimbang resiko dan nilai dari keuntungan dalam bertindak cepat - pada awal terbukanya sebuah peluang; kita akan sering terperangkap dalam keharusan untuk segera meninggalkan sebuah pekerjaan, membayar biaya dari ketergesaan itu, sambil memusatkan perhatian kepada kemungkinan peluang berikutnya.
Masalah
Ada pemimpin usaha yang hanya akan bertindak - bila dia sudah mengetahui adanya sebuah masalah.Pada detik dia mengetahui masalah itu - karena tidak sengaja, atau karena sebuah proses formal; dia segera meledak dengan tindakan-tindakan drastis yang sering juga sangat emosional.Segala sesuatu ingin dilakukannya, semua harus selesai kemarin, dan dia menyalahkan semua orang - kecuali dirinya.Namun, semua orang yang mengenalnya, juga mengenali bahwa semua kegentingan itu akan segera berlalu, karena sang pemimpin akan segera santai kembali - karena sudah membiasa dan mulai lupa dengan pengetahuannya mengenai masalah-masalah bisnisnya.Bila dia ingat - dia panik. Bila dia lupa - dia santai.Sampai suatu saat dia akan sangat ingat - yaitu saat pemilik perusahaan menggantikannya dengan seseorang yang memiliki peledak tindakan yang lebih sensitif.
Ancaman
Peledak yang satu ini adalah peningkatan kelas dari masalah.Masalah-masalah kecil yang tidak terselesaikan, akan tumbuh menjadi kenyataan yang membahayakan dan itu lah yang kita sebut sebagai ancaman.Sehingga, bila kita semua lebih berbakat untuk menunda penyelesaian masalah, sebetulnya kita semua ini sedang membesarkan ancaman-ancaman bagi diri kita dan tugas-tugas kepemimpinan kita.Seorang pemimpin yang berkelas tidak membiarkan dirinya diancam oleh apa pun untuk memutuskan dan melakukan yang benar, apa lagi oleh ancaman yang datang dari kelemahannya dalam bertindak.
Rencana
Anda yang berencana baik dan besar - seharusnya mudah untuk membuat diri Anda mendahulukan yang harus didahulukan, melakukan dengan cara yang seharusnya, dan pada saat Anda harus melakukannya.Bila Anda telah memiliki rencana, tetapi rencana itu tidak membuat Andaterbebaskan dari kecenderungan untuk menunda dan mendahulukan yang menyenangkan saja - itu berarti bahwa Anda harus mengganti rencana Anda, atau mengganti sikap Anda.Bila Anda tidak dapat menggantikan kedua hal itu, akan datang suatu saat di mana Anda lah yang akan digantikan - dengan pribadi yang mudah meledak karena rencana-rencananya. Ingat lah, walau pun organisasi yang Anda pimpin itu berukuran besar dan berjangkauan luas - sifat dari kepemimpinan Anda adalah tetap kepemimpinan pribadi.
Impian
Sebetulnya impian adalah juga sebuah rencana - hanya saja kita tidak mampu menjelaskan mengapa hati ini demikian terpukau-pikat kepada keindahan dari pembayangan keadaan di masa depan itu.Bila impian Anda tidak menggerakkan Anda untuk melakukan pekerjaan Anda dengan sungguh-sungguh - walau pun Anda tidak yakin pasti bahwa yang Anda lakukan akan menuntun Anda kepada impian Anda; makaAnda tidak sedang bermimpi.Ingat lah, bahwa hanya dia yang kesibukannya disemangati oleh impiannyayang bisa hidup dalam kesadaran kehidupan impian.
Tugas
Peledak tindakan kepemimpinan yang tertinggi adalah keikhlasan menerima tugas sebagai pemimpin untuk mendatangkan perbedaan yang berarti bagi organisasi yang kita pimpin, bagi pelanggan yang kita layani, dan bagi semua yang berkepentingan atas kebaikan yang kita hasilkan.Bila Anda melihat ada sesuatu yang seharusnya dilakukan untuk kebaikan organisasi dan bisnis Anda -jangan lah Anda menunggu sampai Anda menjadi pejabat; segera lakukanlah yang harus Anda lakukan.Melakukan yang baik tanpa harus diperintahkan adalah tanda kualitaskepemimpinan yang sebenarnya.

Sabtu, 29 November 2008

FEATURE PERIKLANAN

Segmenting, Targeting dan Positioning dalam Beriklan

(Budi Hartanto - Iklan 06)

Pertumbuhan dunia usaha di berbagai belahan dunia saat ini telah mendorong berbagai perusahaan untuk meningkatkan upaya promosi produk/jasanya dalam rangka memenangkan persaingan yang semakin ketat. Diantara empat elemen bauran promosi yang dikenal selama ini, periklanan merupakan elemen yang paling menonjol, karena penampilannya yang atraktif, jangkauannya yang luas dan sifatnya yang non personal. Periklanan sebuah subsidiary dari ilmu pemasaran yang menggabungkan teori pemasaran yang berisi segala bentuk perhitungan ekonomis dan ilmu komunikasi yang ditujukan untuk mempengaruhi perasaan, pengetahuan, makna, kepercayaan, sikap, pendapat, pemikiran dan citra konsumen yang berkaitan dengan suatu produk atau merek serta berkolaborasi dengan ilmu seni untuk tetap menghasilkan suatu proses komunikasi yang memiliki nilai esetika (keindahan).
Secara umum, iklan bertujuan untuk menginformasikan,membujuk dan mengingatkan konsumen terhadap keberadaan suatu produk, yang ada akhirnya diarahkan untuk meningkatkan penjualan. Namun dalam penerapannya, perusahaan yang berupaya mempromosikan produk/layanan jasanya, menghadapi persoalan yang tidak mudah karena ketatnya persaingan dalam beriklan yang dilakukan oleh perusahaan yang memproduksi barang sejenis, mahalnya biaya iklan dan sulitnya untuk mengevaluasi efektivitas iklan. Karena itu upaya beriklan harus dilakukan dengan pertimbangan yang matang dan dengan memperhatikan karakteristik dan perilaku konsumen sebagai target pasar produk yang diiklankan.
Pada dunia pemasaran, strategi modern yang dikenal oleh praktisi bisnis dan manajer perusahaan adalah pemasaran STP yaitu segmenting, targeting dan positioning, yang pada intinya bertujuan untuk memilah-milah pasar dalam berbagai segmen yang homogen, menjadikan salah satu segmen sebagai targetnya dan memposisikan produknya sesuai dengan target pasar yang dituju. Konsep ini juga dapat dikembangkan sebagai suatu pendekatan dalam upaya beriklan suatu perusahaan.

Segmentasi dalam Periklanan
Dalam mencari definisi segmentasi periklanan maka dapat diturunkan melalui definisi segmentasi pemasaran yang memiliki pengertian umum sebagai :

Segmentasi pasar adalah kegiatan membagi-bagi pasar yang bersifat heterogen dari suatu produk ke dalam satuan-satuan pasar (segmen pasar) yang bersifat homogen (Swasta, 1996).


Segmentasi pasar ini merupakan suatu falsafah yang berorientasi pada konsumen. Falsafah ini menunjukan usaha untuk meningkatkan ketepatan penetapan sasaran dari suatu perusahaan. Segmen pasar ini dapat dibentuk dengan banyak cara dalam penentuan segmentasi yang ada saat ini hanya semacam penggunaan variabel-variabel. Ada empat metode untuk melakukan segmentasi yang lazim digunakan.
● Segmentasi geografis. Contoh: berdasarkan daerah/region, pedesaan/perkotaan.
● Segmentasi demografis. Contoh: berdasarkan umur, pekerjaan, kewarganegaraan, agama.
● Segmentasi psikografis. Contoh: kelas sosial dan tipe personalitas.
● Segmentasi tingkah laku. Contoh: intensitas penggunaan produk, loyalitas terhadap merek.
Dari variabel segmentasi tersebut yang sering dijadikan acuan adalah variabel demografis yang biasanya berisi atas :
1. Komposisi Umur
2. Tingkat Pendidikan
3. Jenis Pekerjaan
4. Tingkat Pendapatan (dalam beberapa literatur ada yang menggabungkan point Tingkat pendapatan digabungkan dengan point Jenis Pekerjaan).

Namun sebenarnya variabel tersebut bisa lebih dikhususkan lagi, apabila dirasa perlu dalam membidik target yang benar-benar spesial. Di sinilah tugas bagian analisis pasar yang perlu mengkotak-kotakan masyarakat dari berbagai sisi. misal seperti yang dikemukakan oleh Sudarmadi dalam artikelnya Agar Bidikan mengenai Sasaran di situs swa.co.id. Sudarmadi membagi segmentasi ini berdasarkan variabel psikografi yakni membagi masyarakat atas :
1. Confident Establish
2. Optimistic Domestic Goddess
3. Change-Expectant Lad
4. Cheerful Humanist
5. Introvert Wallflower
6. The Savvy Conqueror
7. Networking Pleasure Seeker
8. Spontaneous Fun-Loving
Segmentasi berdasarkan variabel psikografi ini kini tengah populer dalam ilmu pemasaran maupun periklanan sehingga banyak digunakan sebagai tolak ukur standar dalam menentukan calon kosnumen. Segmentasi ini berangkat dari pemikiran bahwa calon konsumen tidak lagi menitikberatkan kepada faktor ekonomis yang berarti berhitung nilai, melainkan dipengaruhi oleh suatu sifat yang membuahkan sikap dalam bertindak.
Maka secara garis besar segmentasi meliputi objek (sasaran) konsumen/calon konsumen yang dituju, yang membagi suatu masyarakat yang heterogen menjadi suatu masyarakat dengan satuan-satuan yang lebih kecil dengan kekhususan masing-masing yang lebih bersifat homogen. Di sini diperlukan suatu kejelian analis pasar dan pengiklan untuk mampu melihat satuan-satuan masyarakat tersebut untuk kemudian dibidik sebagai (calon) konsumen, cara riset lapangan masih dianggap cara yang paling efektif dalam menentukan segmentasi ini.

Targeting dalam Periklanan

Ibarat sebuah anak panah, dalam usaha beriklan perlu ditentukan target yang tepat dan spesifik. Hal ini dilakukan agar segala sumber daya yang telah diupayakan menjadi efektif. Secara tersirat targeting dalam periklanan memiliki arti bentuk usaha untuk mencapai tujuan/harapan yang diinginkan dari kegiatan beriklan terhadap segementasi masyarakat calon konsumen yang telah teridentifikasi. Artinya targeting harus memiliki kespesifikan yang jelas dan tidak boleh meluas (terlalu banyak) atribut tujuan. Merujuk dari ilmu pemasaran, kegiatan targeting secara garis besar dibagi atas 4 langkah yaitu :

  1. Memperhitungkan segala sumber daya yang dimiliki dan yang diperlukan oleh produsen yang hendak beriklan sebelum masuk ke dalam pasar
  2. Menganalisa ‘kekuatan’ pesaing/kompetitor yang ada di pasar, termasuk menganalisa segala sumberdaya yang mereka miliki
  3. Membandingkan ‘kekuatan’ produsen yang akan beriklan dengan ‘kekuatan’ kompetitornya

Berdasarkan dari ketiga analisa di atas kemudian mengambil keputusan langkah targeting yang paling tepat.
Targeting di dalam dunia periklanan sangat beragam. Hal ini disebabkan semakin kreatif dan jelinya para pengiklan dalam mengambil berbagai celah spesifik yang terjadi di pasar. Namun Tonton Taufik dalam wirausaha.com menarik empat benang merah targeting yang sebenarnya selama ini dilakukan oleh produsen melalui pengiklan :

  1. Brand Awareness
    Tindakan memberitahu masyarakat terhadap suatu merek produk tidak terpaku dengan hanya dengan memperkenalkan suatu produk baru, melainkan juga bisa dilakukan dengan tindakan meng-counter merek pesaing, mind share, menunjukkan eksistensi merek, memelihara kesetiaan konsumen fanatik (khususnya bagi produsen merek yang telah lebih dulu/lama terjun ke pasar), dan sebagainya. Targeting ini masih dianggap paling efektif dari sisi psikografi (calon) konsumen, sebab bisa dikatakan merek merupakan ujung tombak sebuah produk di benak ingatan konsumen. Targeting melalui brand awareness bisa bermanfaat untuk pembuka jalan menuju langkah targeting selanjutnya
  2. Mengkomunikasikan Informasi
    Seperti halnya dalam definisi dasar komunikasi, keberadaan iklan sebenarnya tidak lepas dari suatu proses penyampaian. Targeting jenis ini biasanya lebih banyak pada iklan-iklan non komersil seperti iklan layanan masyarakat, yang lebih bersifat berita, informasi dan sebagainya tanpa ada motif ekonomi, namun secara tersirat iklan-iklan komersil pun sebenarnya juga memiliki targeting ini.
  3. Membuat Perilaku dan Membangun Persepsi
    Sebenarnya targeting ini dapat menjadi point umum dari point pertama yaitu brand awareness, tapi, keluasan cakupan yang tidak sekedar bermotif ‘mencuci otak’ calon konsumen dengan brand, tapi lebih kepada harapan, tujuan konsumen untuk berperilaku dan bertindak sesuai dengan maksud iklan. Misalkan iklan penyuluhan tentang demam berdarah yang mengajak masyarakat agar bertindak melakukan gerakan 3M.
  4. Merebut Market Share
    Ibarat sebuah kue pie, para analisis pasar membagi kondisi riil di lapangan adalah kue pie yang telah terpotong-potong dengan masing-masing potongan memiliki ukuran berbeda-beda. Sebagai sebuah bentuk bisnis, produsen tentunya memiliki motivasi ekonomi dalam setiap tindakannya termasuk dalam beriklan. Diharapkan dengan beriklan terjadi peningkatan konsumsi produknya oleh masyarakat yang berdampak keuntungan bagi produsen. Motif inilah yang sebenarnya mendorong produsen untuk beriklan, sehingga dibutuhkan suatu ‘kejeniusan’ di dalam berpromo atau beriklan untuk memenuhi target ini. Pembahasan lebih lanjut tentang market share ini sebenarnya ada pada induk ilmu yaitu ilmu pemasaran.

Secara eksekusi proses kreatif periklanan di lapangan targeting sebuah iklan sebenarnya hanya berkutat pada tiga point pokok atau biasa disebut sebagai pesan utama (tema). Hal ini disebabkan usaha untuk menspesifikkan tujuan ide pada proses eksekusi sehingga didapatkan sebuah iklan yang benar-benar fokus. Tiga point pokok tersebut adalah :

  1. Produk benefit / feature oriented
    Kreatifitas pesan iklan berfokus pada penonjolan keistimewaan khusus produk keistimewaan tersebut tidak dimiliki oleh kompetitor lain dan merupakan sesuatu yang dicari-cari, menjadi ciri khas dan dijadikan alasan bagi konsumen untuk mengguanakan produk tersebut.
  2. Brand image oriented
    Merek atau produk diproyeksikan atau dikaitkan pada suatu citra dan kepribadian tertentu melalui kampanye periklanan, pencitraan ini berorientasi pada simbol kehidupan. Gagasan utamanya adalah agar konsumen dapat menikmati keuntungan secara psikologis dan emosional dari sebuah produk yang digunakan (selain keuntungan fisik yang ada)
  3. Positioning Oriented
    Positioning adalah sesuatu yang dilakukan terhadap pikiran, yakni menempatkan produk pada tangga-tangga atau kotak pikiran calon konsumen. Konsep utama dalam strategi periklanan ini adalah berorientasi pada kompetitor, khususnya yang merupakan market leader. Selain itu orientasi positioning juga berdasarkan pada keunggulan atribut, manfaat dan product class atau posisi relatif terhadap kompetitor.

Positioning dalam Periklanan
Produk yang akan (maupun telah) dilempar ke pasar tentunya akan memiliki ‘tempat’ tersendiri di tangan konsumen. Letak tempat atau posisi produk tersebut nantinya ditentukan oleh bargaining position yang ditentukan oleh produsen sejak awal. Di sinilah pentingnya mencitrakan, membuat, menciptakan image sebuah produk yang harus diterjemahkan ke dalam sebuah iklan sebagai bentuk penentuan positioning produk nantinya di pasaran. Positioning adalah suatu proses menempatkan suatu produk, merek, perusahaan, individu atau apa saja dalam alam pikiran mereka yang dianggap sebagai sasaran atau konsumennya upaya itu dianggap perlu karena situasi masyarakat atau pasar konsumen sudah ocer communicated.
Menurut Al Ries dan Jack Trout, Positioning is not what you do to the product, it is what you do the mind! Artinya positioning lebih berkaitan kepada maslaah persaingan, sehingga dibutuhkan suatu cara untuk membuat konsumen memikirkan posisi produk dalam benak mereka sesuai dengan keinginan produsen, atau minimal konsumen mengenal produk tersebut. Dalam membentuk citra atau menentukan positioning produk kepada (calon) konsumen diperlukan berbagai startegi, menurut David A. Aacker strategi tersebut adalah :

  1. Penonjolan Karakteristik Produk
    Cara yang paling sering dilakukan adalah menghubungkan suatu objek dengan karakter produk atau customer benefit. Di sini, pengiklan harus memilih satu diantara sekian banyak karakteristik/atribut produk yang dapat ditonjolkan. Terlalu banyak atribut yang ingin ditampilkan berakibat fatal bagi produk itu tersebut karena hanya akan ‘menimbulkan kebingungan’ di benak konsumen. Dalam penentuan karakteristik produk ini, James H. Myers membaginya atas :
    1. Karakteristik Fisik, meliputi sifat-sifat fisik produk seperti suhu, warna, berat dsb
    2. Karakteristik Fisik Semu, meliputi sifat fisik yang tidak dapat terukur seperti rasa, aroma, simbol-simbol dan sebagainya
    3. Keuntungan Konsumen, yaitu berupa keuntungan yang didapatkan dan dinikmati oleh calon konsumen seperti : Tidak berbahaya bagi kulit, Aman bagi anak-anak, Mudah dihidangkan, dsb
  2. Penonjolan Harga dan Mutu
    Walaupun antara harga dan mutu adalah dua unsur yang terpisah namun dipersepsikan sama oleh konsumen. Stereotipe bagi konsumen bahwa harga mahal pasti disertai oleh mutu yang baik begitu juga sebaliknya
  3. Penonjolan Penggunaannya
    Membentuk citra juga bisa dilakukan dengan mengaitkan, menjelaskan, atau bahkan mengkhususkan penggunaan sebuah produk kepada konsumen. Misalkan produk Amphetamen dan analgesik yang sebenarnya bermanfaat untuk mengurangi dan menghilangkan berbagai rasa nyeri, dicitrakan sebagai obat sakit kepala oleh PT Konimex melalui produk Paramex.
  4. Positioning menurut Pemakaiannya
    Startegi ini dilakukan dengan mengaitkan produk dengan pemakainya. Misalkan iklan bumbu masak yang dibintangi oleh bintang dangdut terkenal, sasarannya tentu saja bukan untuk mempengaruhi nyonya rumah, melainkan pembantu rumah tangga yang mudah lupa, Sehingga ketika di pasar si pembantu membeli bumbu masak maka yang diingat adalah merek bumbu masak yang iklannya dibintangi bintang dangdut idolanya.
  5. Positioning Menurut Kelas Produk
    Startegi ini lebih sering digunakan pada produk yang hanya memiliki posisi kritis di pasar yang biasanya terjepit oleh keberadaan produk-produk raksasa atau pemain lama, sehingga perlu dilakukan pencitraan sebagai ‘produk alternatif’
  6. Positioning dengan Menggunakan Simbol-simbol Budaya
    Strategi ini lebih mengupayakan identifikasi atas sejumlah simbol yang memiliki arti penting bagi calon pembeli yang tidak digunakan oleh pesaing yang mengeluarkan produk sejenis.
  7. Positioning Langsung terhadap Pesaing
    Startegi ini kerangka acuannya adalah kedudukan produsen terhadap para pesaingnya, dan tidak jarang justru citra produk pesaing menjadi tolak ukur dalam mencitrakan produknya. Misalkan dalam iklan, produsen negatif film yang terkesan saling ‘berperang’, yang satu memakai tagline “Seindah warna aslinya” lalu produsen pesaing akhirnya ‘memerangi’ dengan tagline lebih berani “Lebih Indah daripada warna aslinya”.

Dalam menentukan Startegi Positioning ini David A. Aacker menyebutkan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Identifikasi para pesaing
2. Persepsi Konsumen
3. Menentukan Posisi pesaing
4. Menganalisa Preferensi Konsumen
5. Menentukan Posisi Merek Produk Sendiri
6. Ikuti Perkembangan Posisi

Kedudukan dan Tujuan Segmentasi, Targeting dan Positioning
dalam Periklanan

Jika merujuk dari ilmu pemasaran, kedudukan Segmentasi Targeting dan Positioning (STP) adalah merupakan suatu kerja berurutan dimulai dari langkah segmentasi dilanjutkan dengan penetuan target (targeting) lalu terakhir adalah pencitraan kedudukan (positioning). Namun dalam periklanan ketiga unsur ini merupakan satu kesatuan yang saling terkait, seperti sebuah lingkaran setan yang tidak bisa terputus, dan selalu berjalan beriringan (lihat bagan)
Walaupun dalam penentuan biasanya didasari dari program STP produk itu sendiri. Iklan hanya menerjemahkannya ke dalam bentuk komunikasi massa untuk suatu motif ekonomi. Sesuai dengan motif ekonomi yang selalu berbicara tentang untung rugi maka tujuan STP dalam periklanan tidak lain adalah demi menciptakan suatu iklan yang mengena di sebuah segmen masyarakat sehingga tujuan terpenuhi dengan budget yang terbatas. Tapi ada tujuan tersendiri STP pada dunia periklanan yang memiliki unsur seni dan seolah menjadi ciri khas, khususnya bagi biro periklanan atau bagi sebuah in house departemen promosi suatu produsen.

  1. Memfokuskan konsep iklan yang akan dibuat (dieksekusi), hal ini berkenaan dengan proses kreatif, produksi iklan, serta pemilihan media beriklan
  2. Memperjelas metode promosi yang akan dilaksanakan.
  3. Mengefektifkan kinerja promosi yang dilakukan


Klik gambar

Daftar Referensi

Kasali, Rhenald ; Manajemen Periklanan: Konsep dan Aplikasinya di Indonesia, Pustaka Utama Grafiti, Jakarta, 1992
Subagyo, Ignatius dalam Bahan Kuliah Manajemen Pemasaran, Teknik Grafika dan Penerbitan Politeknik Negeri Jakarta, 2002
http://www.geocities.com/agus_lecturer/skripsi/bab_2.htm
http://www.stie-mce.ac.id/jabm/?page=national&detail=yes&id=08-01-02
http://www.swa.co.id/swamajalah/sajian/details.php?cid=1&id=2375&pageNum=14
http://jackvisual.blogspot.com/2006/01/dasar-periklanan.html
http://hendrowicaksono.multiply.com/journal/item/18
http://72.14.235.104/search?q=cache:rT5tnpUAUYYJ:digilib.ti.itb.ac.id/go.php%3Fid%3Djbptitbtigdls21996yoyokpriyo2062+targeting+periklanan&hl=id&ct=clnk&cd=7&gl=id
http://en.wikipedia.org/wiki/Segmenting_and_positioning#Targeting