Kamis, 27 November 2008

HIMAKOM NEWS FLASH

Iklan seringkali digunakan sebagai alat produsen untuk melakukan promosi atau mengenalkan keunggulan produknya kepada konsumen. Melalui iklan diharapkan konsumen akan tertarik untuk membelinya. Strategi periklanan yang diambil secara tepat akan semakin berhasilnya pemasaran sebuah produk. Secara sederhana iklan merupakan suatu bentuk usaha untuk membujuk dan memikat perhatian orang lain atas suatu barang atau jasa. Dari sini terlihat bahwa iklan bukan saja suatu hiburan atau seni melainkan sebuah medium informasi.
Salah satu aspek komunikasi dalam beriklan adalah mentransmisikan pesan untuk mendukung aktifitas pemasaran. Dimensi yang paling penting dalam beriklan adalah kemampuan menempatkan produk dalam benak khalayak. Sehingga iklan berperan bagi pembentukan image produk. Dengan demikian baik buruknya iklan tidak hanya ditentukan oleh visualisasi yang bagus saja tetapi juga pesan visual dan naskah pesan yang mampu memberi nilai tambah terhadap produk. Pemasang iklan memanfaatkan kekuatan pencitraan terhadap produk atau jasa yang akan dipasarkan dengan perantaraan media massa.
Setiap hari, dunia periklanan kita dipenuhi sederet artis top yang menjadi model iklan suatu produk. Keberadaan artis dalam iklan ini secara tidak langsung ikut mendongkrak awareness dan menciptakan personalitas dari merek produk yang diiklankan (Cakram, 2001). Dan pada gilirannya, penggunaan artis ini bisa membuat peningkatan dalam penjualan produk yang diiklankan.
Meski kebenaran klaim iklan terletak pada bahasa, namun dalam pengamatan YLKI (1998) konflik yang seringkali muncul lebih banyak akibat ketidakpuasan konsumen karena kurang kritis, sehingga merasa terjebak dan merasa dirugikan. Soal pengaruh iklan belum ada penelitian yang representatif. Namun berdasarkan pengamatan YLKI untuk produk obat-obatan, hampir 35% konsumen membeli produk tertentu karena iklan.
Melalui media massa, penyajian iklan dapat menghasilkan serta mengedarkan makna-makna yang dikandungnya kepada masyarakat. Seringkali makna-makna tersebut lebih kontroversial dan spektakuler ketimbang kenyataan sebenarnya.Khalayak media sebagai konsumen potensial didorong untuk memulai terlibat dengan produk dan tokoh-tokoh komersial dengan membayangkan konteks -arena fisik, keadaan emosi, dan situasi sosial sesungguhnya di mana mereka akan dapat menggunakan produk itu. Bayangan situasi yang diproyeksikan ini tertanam dalam struktur nilai yang melinngkupinya, yang telah dikenal konsumen.
Keberhasilan iklan bergantung pada proses kimiawi dalam interpretasi terhadap situasi konsumsi yang mungkin terbayang, yang berinteraksi dengan struktur nilai yang sudah dikenal dan diterima. Pada akhirnya, mengkonsumsi suatu produk sebagai produk berarti mengkonsumsi maknanya melalui iklan. Hal ini menurut Baktiono (1998) berkaitan dengan dua kultur yang dibawa oleh iklan yakni budaya tangible atau yang tampak serta budaya intangible atau yang tak tampak. Ini tampak jelas dengan kenyataan bahwa kerhadiran iklan ditunjang oleh para ahli dengan gimmicknya yang diciptakan secara kreatif.
Oleh : rumakom.wordpress.com

Tidak ada komentar: